Berita

Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Temanggung Bahas Sosok Nyai Walidah Penggerak Kepemimpinan

7
×

Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Temanggung Bahas Sosok Nyai Walidah Penggerak Kepemimpinan

Sebarkan artikel ini
Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Temanggung Bahas Sosok Nyai Walidah Penggerak Kepemimpinan

Temanggung, 2 Februari 2025 – Muhammadiyah Children Center (MCC) Panti Asuhan Yatim (PAY) Putra dan Putri Temanggung mengadakan kegiatan Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Putra, Jalan Kertosari 02 Temanggung, pada Ahad pagi. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh anak-anak MCC Putra dan Putri dengan penuh antusiasme dan interaksi.

Materi yang disampaikan oleh Dra. Eni Zuhriyah, M.Si., bertema “Ny. Walidah Penggerak Kepemimpinan.” Dalam sesi ini, Eni Zuhriyah mengenalkan sosok Nyai Walidah, seorang tokoh penting dalam sejarah Muhammadiyah dan emansipasi perempuan di Indonesia. Nyai Walidah, yang lahir pada 3 Januari 1872 di Yogyakarta, adalah istri dari pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan. Ia dikenal juga dengan nama Nyai Ahmad Dahlan.

Nyai Walidah adalah tokoh ulama perempuan yang sangat peduli terhadap hak-hak perempuan dan berjuang untuk emansipasi mereka. Pada tahun 1914, bersama suaminya, ia mendirikan organisasi Sopo Tresno yang berfokus pada pendalaman makna Al-Qur’an, khususnya mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan perempuan. Organisasi ini juga menjadi wadah bagi perempuan untuk belajar membaca, menulis, dan memperdalam berbagai ilmu.

Nyai Walidah kemudian memimpin Aisyiyah, organisasi perempuan yang didirikan pada 22 April 1917 dan resmi bergabung dengan Muhammadiyah pada 1922. Di bawah naungan Aisyiyah, banyak sekolah perempuan didirikan, dan perjuangan hak perempuan semakin digelorakan. Nyai Walidah juga menentang sistem patriarki dan memperjuangkan agar perempuan memiliki hak suara dalam rumah tangga.

Setelah wafatnya KH. Ahmad Dahlan, Nyai Walidah tidak hanya memimpin Aisyiyah, tetapi juga Muhammadiyah untuk meneruskan perjuangan suaminya. Ia pernah memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya dan aktif dalam memajukan pendidikan perempuan. Pada masa penjajahan Jepang, meskipun Aisyiyah sempat dilarang, Nyai Walidah terus berjuang dengan mengajar di sekolah-sekolah Jepang dan memberi nasihat kepada para petinggi negeri, termasuk Ir. Soekarno.

Nyai Walidah juga dikenal sebagai pahlawan nasional, yang tidak hanya memperjuangkan hak-hak perempuan, tetapi juga kemerdekaan Indonesia. Ia sering menyediakan tempat berlindung dan makanan bagi pejuang kemerdekaan, serta menentang upaya penjajah Jepang dalam memaksakan ritual-ritual mereka.

Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Temanggung Bahas Sosok Nyai Walidah Penggerak Kepemimpinan

Nyai Walidah meninggal pada 31 Mei 1946 di Yogyakarta dalam usia 74 tahun. Keberanian dan perjuangannya telah diakui negara, dan pada tahun 1971, beliau dinobatkan sebagai pahlawan nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 42/TK Tahun 1971. Hingga kini, perjuangannya dalam memperjuangkan kesetaraan perempuan dan hak-hak mereka terus dirasakan, terbukti dengan eksistensi organisasi Aisyiyah yang terus berperan dalam pemberdayaan perempuan.

Kegiatan MCB ini memberikan inspirasi bagi anak-anak MCC untuk mengenal dan meneladani perjuangan Nyai Walidah sebagai penggerak kepemimpinan dan emansipasi perempuan dalam sejarah Indonesia.

Muhammadiyah Character Building (MCB) di MCC Temanggung Bahas Sosok Nyai Walidah Penggerak Kepemimpinan

Komentar