وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah: 105)
Muhammadiyah memerlukan kader-kader sebagai pelopor, pelangsung dan penyempurna Amal Uasaha Muhammadiyah. Tentunya Muhammadiyah tidak boleh berpangku tangan dalam menyiapkan keder-kader tersebut. Terlebih utk era kekinianan amat susah mencari dan mengajak anak-anak muda putra Muhammadiyah utk berkiprah di Muhammadiyah.
Namun ditengah kelangkaan kader Muhammadiyah herus tetap husnudhon dan optimis bahwa masih ada muda-mudi yang tetap bisa direkrut dan ditarik utk bisa aktif di Muhammadiyah baik pada kepengurusan strukturan atau berkiprah di AUM. Menakala hal itu telah berhasil diraih, tentunya tugas Muhammadiyah adalah menanamkan Etos Kerja bagi kader Muhammadiyah tersebut.
Etos Kerja Kader Muhammadiyah bukan sekadar slogan atau idealisme kosong, melainkan kompas moral yang mengantarkan para kader menuju jalan pengabdian mulia. Delapan pilarnya menjadi cerminan nilai-nilai luhur Persyarikatan, menancapkan fondasi kokoh bagi dedikasi para kader dengan penuh integritas, profesionalisme, dan keikhlasan.
Pertama. Setiap tetes keringat, setiap dedikasi, bukan sekadar aktivitas duniawi, melainkan wujud pengabdian kepada Allah Swt.
Kedua. Kesempatan untuk berkarya dan mengabdikan diri baik pada jajaran pimpinan atau Amal Usaha Muhammadiyah adalah anugerah yang patut disyukuri.
Ketiga. Di balik seragam dan jabatan, para kader adalah pelayan umat. Mereka harus senantiasa siap membantu, memberikan manfaat, dan menebarkan kebaikan dan harus senantiasa mengutamakan kepentingan masyarakat dan umat Islam.
Keempat. Setiap tugas dan tanggung jawab yang diamanahkan adalah amanah yang harus dijaga dan dijalankan dengan penuh tanggung jawab.
Kelima. Bekerja bukan sekadar rutinitas monoton, melainkan seni yang diwujudkan dengan penuh kreativitas dan dedikasi.
Keenam. Bagi kader yang bekerja di AUM, motifasi bekerja harus lebih dari sekadar mencari nafkah, bekerja bagi kader Muhammadiyah adalah panggilan jiwa. Mereka tergerak oleh rasa cinta dan tanggung jawab terhadap Persyarikatan dan umat Islam.
Ketujuh. Bekerja di Amal Usaha Muhammadiyah bukan hanya memenuhi kewajiban, melainkan juga menjadi wadah untuk mengembangkan diri dan mencapai aktualisasi diri secara maksimal.
Kedelapan. Setiap karya dan pengabdian para kader adalah kontribusi berharga bagi kemajuan Persyarikatan dan umat Islam. Mereka harus memahami bahwa kerja mereka bukan hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan organisasi, namun juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas.
Delapan Etos Kerja Kader ini bukan sekadar retorika, melainkan komitmen dan tindakan. Ia adalah bukti nyata dedikasi para kader Muhammadiyah dalam mewujudkan cita-cita mulia Persyarikatan: membangun masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, berwatak kemajuan, bermartabat, dan berkeadilan. Di tangan para kader yang berpegang teguh pada Etos Kerja Kader, masa depan Muhammadiyah dan umat Islam akan berkemajuan gemilang, penuh dengan karya dan pengabdian yang bermanfaat bagi semesta.
_______
M. Syaifuddin Djaesan pada Pengajian PCM Temanggung. Makalah disarikan dari tulisan Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd. aktifis Muhammadiyah Tegal dengan penambahan dan pengurangan