ArtikelCakrawalaNasionalPolitikTokoh

Idealisme vs Pragmatisme Anak Muda Muhammadiyah

222
×

Idealisme vs Pragmatisme Anak Muda Muhammadiyah

Sebarkan artikel ini

Melihat fenomena pemikiran anak-anak muda sekarang, baik dari kalangan mahasiswa maupun non-mahasiswa, agaknya kita harus bersabar dan hati-hati melihatnya agar tidak terjatuh pada suatu anggapan yang tidak berdasar. Artinya kita harus melihat secara objektif terhadap apa yang terjadi, apa yang mempengaruhi jalan pikiran mereka, dan apa pula akibat dari hasil pemikiran mereka

Tulisan ini hendak sedikit mencoba memandang dari kaca mata pribadi saya, tetapi berusaha sedapat mungkin objektif dengan melihat dan merasakan apa yang terjadi melalui sebuah bincang-bincang kecil dengan sebagian anak-anak muda

Saya cantumkan lebih dahulu sebuah tulisan berbahasa Inggris, sebagai berikut: Pragmatism and idealism are two philosophical schools of thought that give opposing views on the essence of reality, knowledge, and value. Pragmatism values the practical outcomes of beliefs and behaviors, whereas idealism values concepts and principles.

According to Pragmatism, the reality is how everything works in practice, and information should be measured by its utility in resolving issues and attaining goals. Pragmatists are interested in finding effective answers to real-world problems and are concerned with the practical ramifications of ideas and actions.

Idealism, on the opposite hand, believes that reality is primarily mental or intellectual in character and that the material universe derives ultimately from ideas or awareness. Idealists think that our thoughts and perceptions impact the universe and that principles and ideals have an objective existence that surpasses material reality.

Although both pragmatism and idealism are preoccupied with comprehending the nature of truth and human interaction, their methodologies for obtaining this understanding are extremely different. Idealism emphasizes the significance of ideas and ideals in forming our view of reality, whereas pragmatism emphasizes the practical implications of ideas and actions. (https://www.geeksforgeeks.org/difference-between-pragmatism-and-idealism/)

Idealisme muncul sebagai hakikat realitas manusia yang menekankan pada ide atau gagasan yang berhubungan dengan jiwa atau ruh. Sedangkan Pragmatisme muncul sebagai aliran baru dari beberapa aspek kehidupan kontemporer masyarakat Amerika yang menekankan pada sesuatu hal yang telah selesai dan akibat-akibat yang memuaskan. Kedua aliran ini saling berhubungan timbal balik, yang mana pragmatisme mengacu pada idealisme.

Idealisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitannya dengan jiwa dan ruh. Istilah idealisme diambil dari kata idea, yakni seseuatu yang hadir dalam jiwa.

Pragmatisme berarti ajaran yang menekankan bahwa pemikiran itu menuruti tindakan. Kriteria kebenarannya adalah “faedah” atau “manfaat”. Suatu teori atau hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar apabila membawa suatu hasil. Dengan kata lain, suatu teori adalah benar apabila teori dapat diaplikasikan.

Idealisme dan pragmatisme merupakan aliran-aliran dari filsafat yang berhubungan. Idealisme mengajarkan bahwa realitas yang haikiki adalah realitas yang bersifat idea atau ruh dan semua realitas yang bersifat materi atau kebendaan tidaklah bersifat hakiki karena adanya realitas yang bersifat rohani.

Sedangkan pragmatisme merupakan suatu sikap dan metode yang memakai akibat-akibat praktis, pikiran, dan kepercayaan sebagai ukuran untuk menetapkan nilai dan kebenaran. Kedua aliran tersebut sama-sama berpaku pada realitas pola pikir manusia dalam menjalani kehidupan. (Kompasiana.com dengan judul “Asal Muasal Pemikiran Idealisme dan Pragmatisme”,https://www.kompasiana.com/rd_writes/60d69628bb4486509d143762/asal-muasal-pemikiran-idealisme-dan-pragmatisme)

Setelah memiliki pemahaman sedikit mengenai idealisme dan pragmatisme sebagimana saya sebutkan di atas, yang berkaitan dengan aktivitas menemukan kebenaran, maka kita harus bisa menggunakan atau memanfaatkan aliran-aliran tersebut dalam kehidupan kita, khususnya terkait dengan pemilu yang tinggal 3 hari lagi, dan umumnya terkait dengan cara pandang menghadapi berbagai macam fenomena mendatang . Hal ini bertujuan agar kita bisa menjadi individu yang berpengetahuan dan dapat menemukan suatu kebenaran sesuai kenyataan, bukan kebenaran dari mulut ke mulut yang masih diragukan kepastiannya.

Anak-anak muda saat ini bagaimana? Idealis atau Pragmatis? Mungkin sebagian besar mereka sekarang merupakan anak-anak muda yang kelewat pragmatis. Mereka sangat open minded (terbuka). Hingga mereka tidak mempunyai pendirian, mudah terombang-ambing oleh beragam aliran pemikiran. Tentu itu tidak baik.

Lantas yang baik bagaimana? adalah, mereka harus mempunyai standing position yang jelas. Mereka harus mempunyai karakter. Tidak masalah jika mereka idealis ataupun pragmatis. Yang menjadi masalah adalah ketika mereka setengah-setengah dan tidak mempunyai standing position yang jelas, maka sudah pasti terombang-ambing. Sesungguhnya idealis dan pragmatis sama-sama baik. Mereka mempunyai tujuan yang sama, bermanfaat bagi sesama. Hanya caranya saja yang berbeda.

Perlu diingat bahwa antara idealisme dan pragmatisme sangat mungkin terjadi crash. Dan kemungkinan untuk terjadi crash cukup besar. Oleh sebab itu, anak-anak muda harus selalu menjunjung tinggi sikap masing-masing cara pandang ini. (Kompasiana.com dengan judul “Idealis atau Pragmatis?”, https://www.kompasiana.com/cokdharma/552af7926ea8349862552d28/idealis-atau-pragmatis)

Sebagai bagian dari orang yang suka memperhatikan gerakan pemikiran anak-anak muda, saya merasa bahwa mereka harus memiliki KEJELASAN STANDING POSITION. Dalam hal ini adalah, kepentingan dakwah Islam, Muhammadiyah dan kemajuan bangsa Indonesia. Kepentingan yang bersifat seketika atau kepentingan jangka panjang yang juga akan dapat dirasakan oleh para penerus mereka kelak?.

Tanpa mengabaikan kepentingan seketika, artinya kepentingan dakwah Islam, Muhammadiyah dan kemajuan bangsa Indonesia saat ini, mereka harus berfikir jangka panjangnya yang terkadang membutuhkan kesabaran tinggi karena kebermanfaatnya tidak tampak di masa kini. Tetapi baru akan terlihat di masa depan yang lebih luas.

Sudah terjadi di depan mata kita, mereka yang mengambil kepentingan seketika, hanya dimiliki kebermanfaatannya oleh sebagian kecil bahkan perorangan saja yang belum tentu bisa dirasakan oleh penerusnya dan dalam skala yang lebih besar. Karena itu sekali lagi, menurut hemat saya, anak-anak muda perlu mengambil celah utama kepentingan jangka panjang dan luas sembari mencari celah untuk dapat mengambil kepentingan seketika secara proporsional. Arus utamanya adalah tetap Idealis tetapi tanpa mengabaikan sikap pragmatis secara proporsional. Lantas siapa yang pantas dipilih? Mari berfikir !!!. Wallahu A’lam Bis Shawab. (Makmun Pitoyo)

Komentar