Allah SWT berfirman:
“Dan Dia (Allah) bersamamu di mana pun kamu berada.” (QS. Al-Hadid: 4)
Suatu ketika, Khalifah Umar bin Khattab mendengar percakapan antara seorang ibu dan anaknya di sebuah rumah saat ia melakukan blusukan untuk melihat langsung kondisi rakyatnya.
Sang ibu berkata, “Wahai Ananda, tambahkan air ke dalam susu dagangan kita agar kita mendapatkan keuntungan yang lebih besar.” Sang anak menjawab, “Wahai Bunda, bukankah Khalifah melarang kita mencampurkan air dengan susu karena akan merusak kualitasnya?” Sang ibu pun membalas, “Lakukan saja, Ananda. Khalifah tidak akan mengetahui apa yang kita lakukan.” Namun, sang anak dengan penuh keyakinan berkata, “Wahai Bunda, Khalifah memang tidak mengetahui, tetapi Allah, Tuhan Khalifah, melihat apa yang kita lakukan.”
Dalam kisah lain, Khalifah Umar bertemu dengan seorang penggembala domba. Ia mencoba membujuk penggembala tersebut untuk menjual beberapa ekor domba kepadanya. Namun, sang penggembala menjawab bahwa ia hanyalah seorang penjaga dan bukan pemilik domba-domba tersebut. Umar pun berkata, “Jual saja beberapa ekor, tuanmu tidak akan mengetahui bahwa ada dombanya yang telah terjual. Uangnya bisa engkau gunakan untuk berfoya-foya.” Tetapi penggembala itu dengan teguh menjawab, “Wahai Tuan, memang Tuanku tidak mengetahui, tetapi Tuhanku mengetahui apa yang aku lakukan.”
Salah satu hikmah dari puasa adalah menanamkan sikap muraqabah, yaitu kesadaran bahwa kita selalu diawasi oleh Allah SWT. Ketika berpuasa, seseorang yang memiliki kesadaran ini tidak akan berani memasukkan setetes air pun ke dalam tenggorokannya meskipun tidak ada yang melihatnya. Orang yang berpuasa akan merasa bahwa segala perbuatannya selalu berada dalam pantauan Allah SWT.
Oleh karena itu, hasil dari pendidikan puasa akan melahirkan pribadi yang ihsan, yakni seseorang yang selalu merasa dekat dengan Allah. Ketika menjadi pejabat, ia tidak akan mudah tergoda untuk korupsi atau menyalahgunakan jabatannya demi kepentingan pribadi karena ia sadar bahwa Allah selalu bersamanya. Ketika menjadi pegawai, ia akan bekerja dengan penuh tanggung jawab tanpa perlu diawasi oleh atasannya, karena ia yakin bahwa pengawasan Allah sudah cukup baginya. Ketika menjadi pedagang, ia tidak akan melakukan kecurangan karena menyadari bahwa Allah melihat segala perbuatannya.
Dengan demikian, kesadaran akan pengawasan Allah SWT dalam setiap aspek kehidupan akan melahirkan individu yang jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi. Semoga kita semua dapat mengamalkan nilai-nilai muraqabah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Allah SWT dan sesama manusia.
Ditulis Oleh Muharrom (Wakil Ketua PDM Kab. Temanggung)