TokohArtikel

Cara Hidupmu Adalah Cara Akhir Hayatmu

119
×

Cara Hidupmu Adalah Cara Akhir Hayatmu

Sebarkan artikel ini

Semoga para alim ulama, sesepuh dan sahabat sekalian di group Muhammadiyah ini sehat wal afiyah semua.

Senyum 2-7-2 dulu ya πŸ™‚πŸ™‚πŸ™‚

Tahukah kita, bahwa ternyata saat kita bangun pagi, itu adalah cara kita menyambut kematian, bekerja di siang hari juga sama halnya demikian

Berteman dngan siapa dan memiliki apa itu juga sejatinya cara kita kelak (Alam Barzakh) berteman dngan siapa dan memiliki apa. Jika teman yang kita pilih ahli ghibah, ya di alam barzakh bertemu dngan sesama ahli kubur yang sedang merasakan siksaan karena ghibah, apalagi yang dighibahi adalah seorang yang belum pernah ditabayunkan, dan seorang yang dighibahi adalah orang yang berilmu lagi, ini lebih berat siksanya.

Berteman dngan ahli khamr, ya kelak akan ditemani dengan sesama ahli kubur yang sedang merasakan siksa krna maksiat khamr. Dan seterusnya demikian

Lain halnya berteman dengan sesama orang yang penuh kebaikan, maka kelak akan berteman dengan orang yg mendpat nikmat kebaikan baik di alam barzakh maupun d mahsyar.

Dan Muhanmadiyah memiliki fasilitas amal yang begitu banyak, dan tidak sedikit para pendahulu kita rahimahumullah yang meninggal dalam keadaan berada dalam memperjuangkan dan memajukan persyarikatan.

Muhammadiyah adlah wadah yang tepat bagi siapa yang mau mengambil air amal sholeh didalamnya.

Muhammadiyah adalah ladang amal sholeh yang tepat bagi siapa saja yang ingin menanam dan panen didlamnya

Maka jangan ragu lagi bermuhammadiyah. Istiqomah bermuhammadiyah dan semoga menghindarkan diri saya pribadi dan kita smua dari durhaka kepda Muhammadiyah.

Ust Suad mengatakan: Nakal itu masih mending daripada durhaka.

Nakal di Muhammdiyah itu mungkin sebatas tidak ikut serta mengikuti kegiatan Muhammdiyah seperti pengajian ahad pagi, relawan, dll. Tapi dia msih turut memajukan Muhammadiyah dengan cara lain

Sedangkan Durhaka, adalah mereka yang berteduh, makan, minum dari Muhammadiyah, mencari untung di Muhamamdiyah, tp taat dibelakangnya menghina Muhammdiyah, maksiat dengan Muhammadiyah, tidak taat terhadp keputusan Muhammadiyah bahkan mencoba mengajak warga Muhammadiyah untuk keluar dari zona Muhammadiyah yang menguntungkan dirinya. Saat butuh perlindungan, perhatian, massa, dana, dll larinya Kemuhammadiyah. Sungguh tidak tahu malu πŸ₯ΊπŸ₯ΊπŸ™πŸ™πŸ™

Ya….memang dasarnya hidup ini, adalah karena sebagai manusia, kita hanya bertaruh dengan kematian, sukses itu dibuktikan dengan pola kematian kita, coba tanyakan pada diri kita sendiri:

Ω…ΩŽΨ§ Ω‚ΩŽΨ―Ω‘ΩŽΩ…Ω’Ψͺَ Ω„ΩΩ†ΩŽΩΩ’Ψ³ΩΩƒΩŽΨŸ
“Apa yang telah engkau siapkan untuk diri-mu?”

Ω„ΩŽΨ§ Ψ₯ΩΩ„ΩŽΩ‡ΩŽ Ψ₯ΩΩ„Ω‘ΩŽΨ§ Ψ§Ω„Ω„Ω‘ΩŽΩ‡Ω

Dapat cerita dari suatu status di laman facebook, semoga kisahnya bisa menginspirasi kita semua :

Aku dulu punya bestie pengajian yang kalau mau curcol sama dia itu kita udah minder duluan. Karena masalah dia itu luar biasa berat. Kalau jadi dia, ya aku kayanya gak bakalan kuat.

Dia produk broken home dari kecil, punya ibu yang toxic luar biasa. Bapak yang hidupnya dikelilingi gonta ganti wanita. Apakah bapaknya begitu karena harta dan tahta? Hehehe enggak… bapaknya gak punya harta apalagi tahta, cuma menang tampilan dan mulut romantis ke perempuan lain tapi tangan besi dan kasar ke keluarga. Kebayang kan hidupnya yang porak poranda?

Nikah dapet suami NPD pula plus plus poligami juga, mertua dan ipar yang NPD juga. Dia tekun usaha, dari tulang rusuk jadi tulang punggung. Dikasih pula anak berkebutuhan khusus, bukan 1 tapi 2 dan 2 anak yang lain normal. Jadi penopang ekonomi 3 keluarga, 1 keluarga kecilnya, 1 keluarga besar dari pihaknya, dan 1 keluarga besar pihak suaminya. Suatu hari usahanya kena tipu pula, habis aset dan mobilnya disita. Akhirnya tinggal di kontrakan dan kemana mana naik motor tua.

Tapi kalau bukan orang yang deket banget sama dia, ya gak bakalan tau juga. Karena dia itu begitu rapat menutup penderitaannya. Soal jaga harga diri, top markotop banget. Dia gak pernah minta tolong siapapun buat support dia. Alasannya karena gak mau hutang budi. Saking dia ngejaga banget harga dirinya, dia si paling gak mau dibayarin walau sekedar makan. Kalau dia ikut jalan, dia akan dulan bayar buat dirinya sendiri, sekalipun saat itu ada yang nraktir. Yang lain aja… aku jangan. Jadi kita kita ini uangnya gak laku kalau sama dia.

Pernah waktu aku anter pulang berduaan aja, aku nanya sama dia, kenapa sih dia gitu. Dia bilang, kalau aku punya uang aku ikutan kalian, tapi kalau enggak ya enggak ikut. Aku gak mau dibayarin, karena aku gak bisa bayarin kalian. Lah kita kan juga gak minta dibayarin gantian? Tanyaku. Iya, kamu enggak… yang lain belum tentu, nanti orang bertanya tanya kok aku dibayarin melulu tapi gak pernah ngebayarin. Nanti orang mikir, pengen dibayarin melulu gak mau ngebayarin. Yang kayak begitu itu ya pasti ada ada aja. Mendingan aku gak usah jadi beban orang, orang juga gak jadi beban buat aku. Nanti setelah orang mikir macem macem, orang jadi kepo sama hidupku. Jadi biarin aja, dengan sikapku begini kan orang juga segan nanya nanya… kamu aja yang kepo nya suka gak ketahan 😁 katanya sambil ketawa…. wkwkwkwk… lah kok bener yaa…

Dia emang bener bener gak mau orang luar tau hidup dia, menurut dia kebanyakan orang simpati itu tipis dengan Usil. Kadang orang simpati, nanya ini itu, terus dengan embel embel eh kasihan loh dia itu hidupnya ngangu ngini… tapi terus kesebar kemana-mana. Nolongin enggak, ngasih solusi enggak, tapi nambahin masalah iya.

Hidup lagi capek-capeknya gini butuh temen yang punya energy positif, kok tiba-tiba keingetan dirinya. Udah lama banget gak kontak. Jumat lalu aku iseng nge WA, centang 1 gak dilihat lagi. Tadi pagi dapet balesan, kalau nomor WA ini dipegang anaknya. Beliau udah meninggal 1 tahun lalu karena kanker. Ternyata dia kanker itu udah lama, bahkan ketika aku lagi akrab-akrabnya dengan beliau, tapi mulutnya rapat terkunci dari menceritakan dan mengeluhkan penyakitnya. Ada kala memang kelihatan lemah, tapi biasanya dia akan jawab sambil cengengesan.

Meninggal di hari Jumat setelah menyelesaikan ibadah shalat syuruk di tempat tidur. Setelah salam, memejamkan mata, menghabiskan satu helaan nafas lalu pergi dengan senyuman.

Semua kenangan tentangnya kayak video yang diputar ulang, memikirkan senyumnya ketika pergi. Jadi inget nasehatnya ketika badai hidup 5 tahun lalu.

Banyak orang bilang, badai pasti berlalu. Tapi selama kita hidup kita harus sadar bahwa setelah berlalu akan datang badai yang lain. Bukan berburuk sangka sama Allah, tapi emang gitu fitrahnya. Karena hidup yang kita jalanin akan ketemu berbagai macam ujian hidup yang baru akan berhenti ketika hidup kita berakhir.

Menurut dia, Hidup itu bukan soal menungguin badai berlalu, tapi soal bagaimana kita bisa tetap menari, menikmati hidup dan berlapang dada ditengah badai. Soal gimana tetap beriman ditengah hantaman takdir. Sadar kalau semua takdir itu manis. Cuma, rasa manisnya baru bisa kita nikmatin kapan itu soal waktu aja.

Mungkin senyum kepergiannya itu adalah tanda manisnya buah kesabarannya menghadapi takdir. Di hari yang indah, waktu yang indah dan cara yang indah…. sesuai namanya…. Indah…

Allahummaghfirlaha warhamha wa’aafihi wa’fu’anha

Selesai sudah kisah nya, deritanya… dan menang di penghujungnya. Menginggalkan sahabatnya yang masih suka mengeluhkan takdir dengan berurai airmata…

Semoga kita semua kelak mengakhiri hidup ini dengan Husnul Khatimah 🀲🀲🀲🀲🀲 Hayatan Thoyyibah Sa’idah, Atau Mautasy Syuhada Husnal Khatimah.

Aamiin Yaa Rabb

Suwondo, M.Pd.

Komentar