Beredar informasi di berbagai sosial media bahwa jika Palestina Merdeka, maka akan terjadi kiamat. Anggapan ini berasal dari hadis yang menarasikan bahwa ketika khilafah telah tiba di Baitul Maqdis (Yerusalem/Palestina), maka saat itu akan tiba saat gempa bumi, bencana besar, dan Hari Kiamat semakin dekat. Berikut bunyi lengkap hadis tersebut:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنَا أَسَدُ بْنُ مُوسَى، حَدَّثَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ صَالِحٍ، حَدَّثَنِي ضَمْرَةُ أَنَّ ابْنَ زُغْبٍ الْإِيَادِيَّ، حَدَّثَهُ قَالَ: نَزَلَ عَلَيَّ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ الْأَزْدِيُّ، فَقَالَ لِي: بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَغْنَمَ عَلَى أَقْدَامِنَا فَرَجَعْنَا، فَلَمْ نَغْنَمْ شَيْئًا، وَعَرَفَ الْجَهْدَ فِي وُجُوهِنَا فَقَامَ فِينَا، فَقَالَ: اللَّهُمَّ لَا تَكِلْهُمْ إِلَيَّ، فَأَضْعُفَ عَنْهُمْ، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَيَعْجِزُوا عَنْهَا، وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى النَّاسِ فَيَسْتَأْثِرُوا عَلَيْهِمْ. ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي، أَوْ قَالَ: عَلَى هَامَتِي، ثُمَّ قَالَ: يَا ابْنَ حَوَالَةَ، إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتِ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَابِلُ وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ، وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنَ النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ
Artinya:
“Kami diberitahu oleh Ahmad bin Salih, yang diberitahu oleh Asad bin Musa, yang diberitahu oleh Muawiyah bin Salih, yang memberi tahu saya, bahwa Ibn Zughb al-Iyadi mengisahkan kepada saya, ia berkata: ‘Abdullah bin Hawala al-Azdi datang kepadaku dan berkata: ‘Rasulullah SAW mengutus kami untuk menjarah dengan harapan mendapatkan harta rampasan, tetapi kami kembali tanpa berhasil mendapatkan apa pun. Kemudian, Rasulullah SAW melihat kelelahan yang terpancar di wajah kami, lalu berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau menimpakan beban kepada mereka yang mereka tidak sanggup memikulnya. Dan janganlah Engkau menimpakan beban kepada diri mereka sendiri sehingga mereka menjadi lemah. Dan janganlah Engkau menyerahkan mereka kepada orang-orang lain sehingga orang lain akan memanfaatkan mereka.’ Kemudian, Rasulullah SAW meletakkan tangannya di atas kepalaku, atau dia mungkin mengatakan ‘hamah’ (leher/kepala), lalu dia berkata: ‘Wahai Ibn Hawala, ketika kamu melihat khilafah telah turun ke Baitul Maqdis (Yerusalem), maka saat itu akan mendekat gempa bumi, bencana besar, dan masalah besar. Pada hari itu, saat Kiamat akan lebih dekat bagi manusia daripada jarak ini antara tanganku dan kepalamu.’ Abu Dawud berkata: ‘Abdullah bin Hawala adalah dari Homs.’” (HR. Abu Dawud).
Dalam Kitab Syarh Sunan Abi Dawud, Ibnu Ruslan menjelaskan bahwa Abdullah bin Hawala hidup sampai ia menyaksikan dua masa kekhalifahan yang berbeda selama zaman Umayyah. Yang pertama adalah kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan yang terjadi pada bulan Syawal tahun 41 Hijriah di kota suci Yerusalem (Bait al-Maqdis). Abdullah bin Hawala juga hidup sampai masa kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, yang dimulai pada tahun 80 Hijriah di wilayah Damaskus (Syam).
Selama masa ini, banyak gempa bumi terjadi. Pada tahun 90 Hijriah, gempa-gempa bumi mengguncang dunia hingga bangunan-bangunan tinggi hancur. Selain itu, ada konflik besar antara Al-Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (yang merupakan gubernur di wilayah Irak) dan Abdullah bin al-Asy’ats (pemberontak) yang berlangsung selama seratus hari dan melibatkan delapan puluh satu pertempuran.
Kualitas Hadis
Dalam catatan kaki yang ditulis oleh editor yaitu Syuaib Al-Arnaout menyebutkan bahwa hadis ini dianggap lemah. Hal tersebut disinyalir dari perawi-perawi dalam rantai riwayat hadis ini menimbulkan keraguan. Muawiyah bin Salih, meskipun dianggap sebagai perawi yang kuat, terlibat dalam beberapa riwayat hadis yang mencurigakan, yang mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap hadis ini.
Selain itu, ada ketidakpastian tentang status Abdullah bin Zughb (atau Zughb bin Abdullah) dalam riwayat hadis ini. Beberapa ulama hadis menganggapnya sebagai perawi yang kurang dikenal dan tidak terpercaya. Ketidakpastian ini menciptakan keraguan tentang kesahihan hadis. Begitu pula dengan adanya variasi dalam penamaan dan atribusi perawi dalam riwayat hadis ini, yang menciptakan keraguan tentang konsistensi dan keandalannya.
Isi hadis ini juga dianggap tidak sesuai dengan sunnah yang telah dikenal dan diterima oleh umat Islam. Hadis ini memuat ramalan tentang kejadian-kejadian besar di masa depan, yang bisa dianggap sebagai perkiraan yang tidak cocok dengan karakter hadis-hadis yang lain.
Karena hadis ini lemah, maka tidak dapat dijadikan hujjah. Bahkan dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) jilid 1 disebutkan dalam Kitab Iman kepada Kitab bahwa: “Kita wajib percaya akan hal yang dibawa oleh Nabi Saw, yakni al-Qur’an dan berita dari Nabi Saw yang mutawatir dan memenuhi syarat-syaratnya. Dan yang wajib kita percayai adalah yang tegas-tegas saja.” Persoalan kiamat adalah permasalah akidah, sehingga hadis lemah tidak dapat menjadi pegangan.
Dalam Majalah Suara Muhammadiyah No. 7 tahun 2009 juga memuat penjelasan tentang Keyakinan Muhammadiyah Tentang Hari Kiamat dan Imam Mahdi. Dalam fatwa tersebut disebutkan bahwa kalau tanda-tanda itu diterangkan oleh dalil-dalil al-Quran dan hadis-hadis yang mutawatir, maka Muhammadiyah meyakininya, karena sesuai dengan manhaj yang dipegang Muhammadiyah, menyangkut soal i’tiqad (keyakinan), dalilnya harus mutawatir.
Hari Kiamat: Hak Istimewa Allah
Al-Quran dan hadis merupakan dua sumber utama yang menjelaskan pentingnya Hari Kiamat, dan mempertanyakan keberadaannya berarti meragukan inti ajaran Islam. Sejak zaman dahulu, manusia telah terus memikirkan dan penasaran tentang waktu yang tepat datangnya Hari Kiamat. Pada saat-saat ketidakpastian ini, Allah telah memberikan penjelasan dalam QS. Al-A’raf ayat 187:
“Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang Kiamat, “Kapan terjadi?” Katakanlah, “Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu ada pada Tuhanku; tidak ada (seorang pun) yang dapat menjelaskan waktu terjadinya selain Dia. (Kiamat) itu sangat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi, tidak akan datang kepadamu kecuali secara tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu seakan-akan engkau mengetahuinya. Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya pengetahuan tentang (hari Kiamat) ada pada Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Dalam ayat ini, Allah menegaskan bahwa hanya Dia-lah yang mengetahui waktu pasti datangnya Hari Kiamat. Para Rasul, Nabi, malaikat, dan jin tidak memiliki pengetahuan ini. Oleh karena itu, keyakinan kepada Hari Kiamat adalah suatu prinsip iman yang tidak boleh disangsikan dalam Islam. Mempercayai hari akhir adalah esensial bagi seorang Muslim. Meski demikian, hanya Allah yang tahu kapan peristiwa besar ini akan datang menghampiri makhluk hidup.
Kemerdekaan Palestina dan Hari Kiamat
Karena Hari Kiamat hanya Allah yang tahu, maka hadis di atas dengan sendirinya bertentangan dengan klaim Allah di dalam Al-Quran. Karena itu, kemenangan dan kemerdekaan Palestina bukan pertanda semakin dekatnya Kiamat. Kiamat hanya akan terjadi dengan izin Allah, cepat atau lambat, Tidak perlu bagi kita untuk berspekulasi tentang waktu Kiamat.
Dengan demikian, meskipun perjuangan dan aspirasi kemerdekaan Palestina adalah hal yang patut didukung, kita harus ingat bahwa hubungannya dengan Hari Kiamat adalah misteri yang hanya Allah yang tahu. Kemenangan dalam perjuangan ini akan datang dengan izin Allah dan tidak boleh dianggap sebagai tanda langsung datangnya Kiamat. Momen Kiamat akan datang sesuai dengan rencana dan kebijakan Allah, dan kita harus hidup dengan keyakinan ini di hati.
Referensi:
Abu Dawud Sulaiman bin Al-Ash’ath Al-Azdi As-Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz 4, Syuaib Al-Arnaout (ed), Dar Al-Risalah Al-Alamiyah, tahun 1430/2009, hlm. 188-189.
Ibn Ruslan al-Maqdisi al-Ramli al-Syafii, Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, Mesir: Dar al-Falah Libahtsi al-‘Alami wa Tahqiq al-Turats, 1437/2016, hlm. 172-173.
Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Himpunan Putusan Tarjih (HPT), jilid 1, cetatakan ke-3, 1967, hlm. 15
Media dan Komunikasi PP Muhammadiyah, “Kiamat Benar-benar akan Terjadi, Sudah Siapkah Kita?”, dalam https://muhammadiyah.or.id/kiamat-benar-benar-akan-terjadi-sudah-siapkah-kita/, diakses pada Kamis 20 Oktober 2023.
Penulis: Ilham Ibrahim