Jika kita membaca surat al-Kahfi kita menemukan contoh tegas sikap pemuda-pemuda yang gagah di depan raja yang dholim, pongah dan musyrik yang memaksa kepada semua rakyatnya untuk menyembah berhala. Suatu hari raja membuat upacara ritual penyembahan berhala, rakyat diundang semua.
Para pemuda hadir, ketika ritual dimulai mereka keluar. Pemuda-pemuda itu tidak mau melakukan upacara ritual penyembahan, mereka keluar satu persatu-satu ada sekitar 6 atau 7 orang. Kemudian mereka tertangkap prajurit raja karena diketahui mereka tidak mau mengikuti upacara penyembahan berhala. Mereka dibawa menghadap raja, mereka berdiri dengan gagah di depan raja, karena “hati mereka telah diteguhkan di atas kebenaran oleh Allah SWT”. (QS Al-Kahf [18]:14).
Mereka ditanya, mengapa kalian semua tidak mau mengikuti perintah raja? Mereka menjawab dengan tegas, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru Tuhan selain Dia. Sungguh kalau kami berbuat begitu, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran (QS. al-Kahf [18]: 14)”. Inilah sikap tauhid para pemuda yang dinamakan pemuda Al-kahfi padahal mereka diajak berkompromi dengan raja.
Tawaran kompromi raja tidak tanggung-tanggung dapat pekerjaan, jabatan dan gaji sangat besar asalkan mereka mau menerima tawaran “selain menyembah Allah SWT, pada disisi lain mereka juga mau menyembah berhala seperti masyarakat umumnya”. Pemuda-pemuda itu tetap dan teguh mempertahankan aqidahnya.
KH. Ahmad Dahlan pendiri Persyarikatan Muhammadiyah mengingatkan, “hati-hati dengan banyaknya tahayyul, bid’ah, dan khurafat (TBC) yang menyebar luas di masyarakat”. Tahayyul (cerita hayal yang diyakini memberikan kekuatan) misalnya perbuatan “mengubur ari-ari (plasenta) anak baru lahir di samping rumah agar anak yang lahir tidak lupa orang tuanya.”
Bid’ah (amalan yang dibenci Rasulullah Muhammad Saw, karena amalan itu menyerupai syariat yang dibuat-buat oleh manusia dan tidak dicontohkan Rasulullah)
Khurafat hampir sama dengan tahayyul. Khurafat atau dongeng yang indah dan mempesona dan diyakini sebagai aqidah serta dapat memberikan kekuatan, contoh dongeng Nyi Blorong, kepercayaan Dewi Sri penyubur padi, ritual pendalaman ilmu waro’ dengan menjalani puasa tidak makan dan tidak minum selama 45 hari, sakit karena pemberian identitas nama yang panjang, perasaan sial karena kejatuhan cicak, perasaan sial karena menabrak kucing dan lain-lain banyak lagi.
TBC di tengah masyarakat Indonesia yang merupakan tradisi yang terpengaruh animisme dan dinamisme, dan juga pengaruh ajaran Hindu-Budha sewaktu-waktu menghampiri dan mengajak, mengundang agar kita terlibat.
Kisah Ashabul Kahfi memberikan keteladan kepada kita, agar tetap kokoh bertauhid yang murni, tidak tercampur lain TBC meskipun ada godaan iming-iming dapat sesuatu. Sekarang kita berada di bulan Rabiul awwal . Bulan Rabiul awwal adalah bulan dilahirkannya Nabi Muhammad SAW. Sang pembawa risalah Tauhid. Sang pendobrak kejahiliyahan dalam berTuhan. Semoga kita bisa meneladaninya๐
—-
Mukharom. Branti, 13 Robiul awwal 1446 H