Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan yang memiliki berbagai sumberdaya unggul, tentunya membutuhkan gerbong yang beranekaragam dalam rangka mencapai tujuan akhirnya. Otomatisasi, Internasionalisasi, Sampai dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari tentu membuat segala hal menjadi singkat. Muhammadiyah hadir di bumi NKRI sebagai organisasi islam yang mampu menginternalisasi nilai-nilai kebangsaan dengan gerakan-gerakan kaum mudanya. Tidak perlu diragukan bahwa moderasi, toleransi, dan jiwa Egaliter melekat dalam setiap nafas pimpinan Muhammadiyah dan angkatan mudanya mulai dari tataran rantig sampai dengan pusat.
Inilah yang kemudian membuat Muhammadiyah dan Angkatan Mudanya mampu menyelam kedalam hiruk pikuk dinamika bernegara. Berbagai fenomena sosial politik yang menjadi kian hangat diperbincangkan dan menyedot perhatian layar media sampai dengan pinggir-pinggir jalan, membuat Angkatan Muda Muhammadiyah sadar akan pentingnya Diaspora Kader Muhammadiyah dalam mengawal fenomena-fenomena tersebut.
Diaspora ini menuntut Angkatan Muda Muhammadiyah mampu berinovasi dalam peran di berbagai aspek kehidupan dengan tetap menjaga ideologi Muhammadiyahnya. Tahun 2024, merupakan tahun yang penuh sesak dengan perbincangan politik, Mulai dari euforia pemilihan legislatif, sampai dengan eksekutif atau pilpres yang mempertarungkan tiga pasang putra terbaik bangsa untuk memenangkan hati seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki hak pilih.
Dalam rangkaian jejak fenomena politik awal tahun 2024 ini, kita melihat beberapa Kader Terbaik Muhammadiyah mengisi peran-peran yang cukup krusial sekaligus kontroversial. Terlepas dari dari hal tersebut, bahwa inilah diaspora Kader yang harus di sadari dan dimaknai secara utuh dan menyeluruh.
Muhammadiyah tidak berpolitik praktis, tapi Muhammadiyah juga tidak boleh buta dan harus pro aktif dalam peran politik kebangsaan. Kiyai Haji Ahmad Dahlan memberikan contoh-contoh berpolitik dalam menjalankan amal usaha Muhammadiyah yang beliau dirikan. Keterbukaan wawasan keilmuan serta kemampuan retorika dan komunikasi kelas tinggi mampu di lakukan Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam mendirikan Sekolah, Penolong Kesengsaraan Umum (PKU), dan Rumah Yatim tanpa menumpahkan darah, mengingat situasi saat itu dalam masa penjajahan Kolonial Belanda.
Pendekatan damai, kecerdasan berkomunikasi dan beretorika inilah yang seharusnya menjadi bekal dasar Angkatan Muda Muhammadiyah dalam berdiaspora. Perbedaan prinsip dalam menentukan sikap dan pilihan politik tidak boleh menjadikan warga Muhammadiyah terpecah belah. Hanya karena berbeda pilihan jangan sampai menghilangkan nilai-nilai yang di tanamkan Kyai Haji Ahmad Dahlan dalam memperjuangkan persyarikatan.
Perbedaan pilihan dalam dunia politik ini tidak boleh disambut dengan raut sentimen dan reaksioner oleh warga Muhammadiyah, terkhusus Pimpinan-pimpinan Muhammadiyah dan Angkatan Mudanya, karena akan sangat kontras dengan nafas Muhammadiyah sebagai gerakan pencerahan yang menggembirakan. Segala metode pendekatan harus mampu di pahami dengan baik dalam waktu yang cepat oleh Angkatan Muda Muhammadiyah tentu tidaklah sulit ketika seluruh Warga Muhammadiyah mampu membuka mata bahwa era sekarang berubah dan berevolusi dengan cepat, terlebih dalam urusan politik praktis. Kembali lagi kepada Kiyai Dhalan, dimasa penjajahan Kolonial Belanda yang menindas pribumi dari berbagai aspek, Kyai Dahlan tidak sekalipun mencerminkan sikap sentimen dan dendam secara frontal sebagai pribumi kraton jogja saat itu, melainkan sikap-sikap keterbukaan dan kolaboratif sehingga islam mampu bangkit dari bangku-bangku sekolah, bantuan pangan, dan lantunan musik biola Kyai Haji Ahmad Dahlan. Kyai Dahlan selalu fokus kedepan dan visioner dalam menyambut perubahan dan potensi-potensi yang mampu digarap oleh Muhammadiyah.
Tidak terlepas dari era penjajahan dimana Muhammadiyah berdiri, di era merdeka dan serba terbuka ini seharusnya nilai-nilai dari peran Kyai Dahlan mampu di implementasikan Pimpinan Muhammadiyah dan Angkatan Mudanya secara menyeluruh. Dengan demikian dalam menyambut Pemilihan Kepala Daerah khususnya di kabupaten Temanggung ini menjadi Momentum yang tepat untuk Angkatan Muda Muhammadiyah berdiaspora, menyebar di berbagai lapisan masyarakat dan pemerintahan dalam rangka menyebarluaskan misi dakwah Muhammadiyah. Sikap-sikap yang jelas dan visioner dalam berpolitik akan menjadi nilai yang sama seperti kyai Dahlan berpolitik di era kolonial Belanda.
Fastabiqul Khoirot
Wallahu a’lam bish-shawab
Oleh Agam S – Wakil Ketua Bidang Pendidikan dan Kaderisasi PDPM Temanggung